KULIAH ITU PERLU, ORGANISASI ITU JUGA PERLU

Mahasiswa Baru (MABA),,,baru masuk kuliah,,ada DUA HAL YANG DIPIKIRKANNYA“MASUK organisasi APA enggak YA? Aduh, kayaknya aku nggak bakat dan nggak punya waktu.”, “Aduh enggak deh, orangtuaku pasti nggak izinin aku masuk organisasi.”, “Maaf ya, aku ke sini buat kuliah, bukan untuk berorganisasi. Aku takut kuliahku ketinggalan.” “Aduh ntar-ntar dulu deh yang organisasinya, aku mau ngerjain tugas kampus dulu.” dan “Haha, dari pada ikutan organisasi, mending belajar atau nongkrong di kafe atau ke mal.

Bagi kita yang saat ini menjadi anggota sebuah organisasi di kampus atau di luar kampus atau dulunya aktif berorganisasi saat kuliah, barangkali pernah mendapatkan jawaban seperti yang tertulis di atas saat kita mengajak teman kita masuk ke organisasi tempat kita bernaung. Demikian sebaliknya, bagi kita yang tidak punya organisasi, barangkali kita pernah memberikan salah satu dari kalimat di atas kepada teman kita saat kita diajak bergabung ke sebuah organisasi.

Kalimat-kalimat di atas hanyalah secuil dari banyak kalimat penolakan yang disampaikan seseorang saat diajak berorganisasi. Bisa jadi, ada banyak kalimat penolakan lain dan barangkali isinya juga jauh lebih parah.
Lantas, “sehina” itukah organisasi, sehingga banyak mahasiswa yang “ogah” bergabung di dalamnya?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita lihat terlebih dahulu definisi organisasi. Organisasi pada dasarnya adalah tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Jika diturunkan ke level mahasiswa, maka organisasi kemahasiswaan adalah wadah yang berisikan mahasiswa di mana seluruh program kerja dan kepengurusan intinya dipegang oleh mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan dibedakan menjadi dua yaitu organisasi internal dan eksternal kampus. Organisasi internal adalah organisasi yang berdiri di kampus yang mana keanggotaan dan kepengurusannya diisi oleh mahasiswa-mahasiswa dari dalam kampus itu sendiri. Contoh organisasi kemahasiswaan internal adalah kelembagaan mahasiswa (Pema, BEM, Senat), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan LDK yang ada dikampus.

Organisasi eksternal adalah, organisasi kemahasiswaan yang berdiri di luar kampus, namun anggota-anggotanya adalah mahasiswa dari berbagai kampus. Contohnya: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) dan lain-lain.
Rasanya kita akan sepakat kalau organisasi kemahasiswaan saat didirikan memiliki tujuan yang positif. Organisasi kemahasiswaan bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat (professional) yang memiliki kemampuan akademik dan dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Artinya dengan definisi dan tujuan organisasi kemahasiswaan yang telah disebutkan sebelumnya, kita memahami betapa besarnya tanggungjawab dari organisasi kemahasiswaan tersebut. Bagi mahasiswa yang berada di dalamnya, hal ini tentu saja beban moral yang harus dipenuhi agar tujuan positif dari organisasi tersebut bisa tercapai.
Kembali ke pertanyaan di atas. Rasanya tak elok kalau mengesampingkan peran sebuah organisasi dalam kehidupan kampus atau sekolah. Tak elok juga kalau menyebut organisasi kemahasiswaan, tempat “hina”. Kampus ataupun sekolah merupakan tempat bagi para mahasiswa atau pelajar dalam mencari ilmu, mengembangkan diri baik itu dibidang akademik maupun dalam sebuah organisasi. Sebagai seorang mahasiswa, tentu tujuan utama adalah kuliah, begitu juga sebagai siswa sekolah tujuan utamanya juga belajar. Meskipun demikian, tak dapat dipungkiri bahwa berorganisasi juga sama pentingnya dengan kuliah atau belajar.

Seorang mahasiswa akan memperoleh nilai tambah, jika ia tidak hanya sibuk dengan nilai akademis tetapi juga aktif berorganisasi. Mengapa begitu? Karena dengan berorganisasi, si mahasiswa bakal terbiasa bekerja sama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader) dan terbiasa bekerja dengan manajemen (work with management). Di masa depan, ketiga skill tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia yang sebenarnya.
Mungkin kita pernah mendengar istilah “masa bodo dengan organisasi”. Itu lho, mahasiswa tersebut hanya datang untuk perkuliahan semata. Sementara untuk informasi lainnya yang ada di kampus tidak ia hiraukan jika tidak ada sangkut pautnya dengan mata kuliah. Tanpa bermaksud menggurui, sebaiknya, kita jangan mencontoh mahasiswa yang demikian. Stop jadi mahasiswa masa bodo dengan organisasi. Hendaknya kita bisa menjadi mahasiswa sejati dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan kita dengan berorganisasi di kampus.

<b>Medifors</b>

2 respons untuk ‘KULIAH ITU PERLU, ORGANISASI ITU JUGA PERLU

Tinggalkan Balasan ke juanto gayo Batalkan balasan